Senin, 04 April 2016

ASPEK PENALARAN DALAM KARANGAN ILMIAH

BAHASA INDONESIA 2
( ASPEK PENALARAN DALAM KARANGAN ILMIAH )





NAMA     : VENY RINDI. K
KELAS    : 3EA21
NPM         : 19213107





UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN

DOSEN : RAFIQA. M



ASPEK PENALARAN DALAM KARANGAN ILMIAH
A.    Menulis Sebagai Proses Penalaran
Menulis merupakan suatu pengungkapan pikiran yang dituangkan ke dalam bentuk sebuah tulisan. Ide yang dituangkan oleh si penulis dapat berasal dari pengalaman dan pengetahuan atau pun imajinasi dari si penulis.
Menulis merupakan proses bernalar. Dimana pada saat kita ingin menulis sesuatu tulisan baik itu dalam bentuk karangan atau pun yang lainnya, maka kita harus mencari topiknya terlebih dahulu. Dan dalam mencari suatau topik tersebut kita harus berfikir, maka pada saat kita berfikir tanpa kita sadari kita sendiri telah melakukan proses penalaran. maka pada kesempatan kali ini saya akan memaparkan sedikit mengenai menulis merupakan prosae bernalar.
Setiap hari kita selalu menggunakan otak kita untuk berfikir, bahkan setiap detik dan menit kita menggunakan otak kita untuk berfikir. Pada saat kita berpikir, maka dalam benak kita akan akan timbul bermacam-macam gambaran tentang sesuatu yang hadirnya tidak secara nyata. misalnya pada saat-saat kita melamun. Kegiatan berpikir yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan, dan bertujuan untuk sampai kepada suatu kesimpulan. Jenis kegiatan berpikir vang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa proses bernalar atau singkatnya penalaran merupakan proses berpikir yang sistematik untuk memperolch kesimpulan berupa pengetahuan.

B.     Penalaran Induktif Dan Deduktif
·   Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut induksi.
Penalaran induktif mungkin merupakan generalisasi, analogi, atau hubungan sebab akibat. Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu mengenai sernua atau sebagian dari gejala serupa itu. Di dalam analogi kesimpulan tentang kebenaran suatu gejala ditarik berdasarkan pengamatan terhadap sejurnlah gejala khusus yang bersamaan. Hubungan sebab akibat ialah hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola sebab akibat, akibat-sebab, dan akibat-akibat,
Contoh:
1.      Suatu lembaga kanker di Amerika melakukan studi tentang hubungan antara kebiasaan merokok dengan kematian. Antara tanggal 1Januari dan 31 Mei 1952 terdaftar 187.783 laki-laki yang berumur antara 50 sampai 69 tahun. Kepada mereka dikemukakan pertanyaan-pertanyaan tentang kebiasaan merokok mereka pada masa lalu dan masa sekarang. Selanjutnya keadaan mereka diikuti terus-menerus selama 44 bulan. Berdasarkan surat kematian dan keterangan medis tentang penyebab kematiannya, diperoleh data bahwa di antara 11.870 kematian yang dilaporkan 2.249 disebabkan kanker. Dari seluruh jumlah kematian yang terjadi (baik pada yang merokok maupun yang tidak) ternyata angka kematian di kalangan pengisap rokok tetap jauh lebih tinggi daripada yang tidak pernah merokok, sedangkan jumlah kematian pengisap pipa dan cerutu tidak banyak berbeda dengan jumlah kernatian yang tidak pernah merokok.
Selanjutnya, dari data yang terkumpul itu terlihat adanya korelasi positif antara angka kematian dan jumlah rokok yang diisap setiap hari
.............................................................
Dari bukti-bukti yang terkumpul dapatlah dikemukakan bahwa asap tembakau memberikan pengaruh yang buruk dan memperpendek umur manusia. Cara yang paling sederhana untuk menghindari kemungkinan itu ialah dengan tidak merokok sama sekali.
(Disarikan dari tulisan Roger W. Holmes dalam Me Crimmon).

Contoh di atas memaparkan hubungan sebab akibat antara merokok dan kematian. Dari paparan itu dapat dilihat bagaimana proses bernalar itu terjadi. Mula-mula mereka mengurnpulkan data dari sejumlah orang laki-laki. Mereka itu dikelompokkan menurut kebiasaan merokoknya, mulai dari yang tidak pernah merokok sampai pada perokok berat. Selanjutnya perokok itu juga dibedakan antara yang menghisap rokok putih (sigaret) dan yang menghisap cerutu dan pipa. Dalam waktu yang cukup panjang mereka diarnati. Kematian dan penyebabnya dicatat dan dianalisis. Dari bukti-bukti yang terkumpul ditariklah kesimpulan-kesimpulan sehubungan dengan rnasalahnya.
Secara ringkas paparan di atas menggambarkan proses penalaran induktif. Proses itu dilakukan langkah demi langkah sehingga sampai pada kesimpulan.

·   Penalaran Deduktif
Deduksi dimulai dengan suatu premis yaitu pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan. Kesimpulannya merupakan implikasi pernyataan dasar itu. Artinya apa yang dikemukakan di dalam kesimpulan secara tersirat telah ada didalam pernyataan itu.
Jadi sebenarnya proses deduksi tidak menghasilkan suatu pengetahuan yang baru,
melainkan pernvataan kesimpulan yang konsisten dengan pernyataan dasarnya. Sebagai contoh, kesimpulan-kesimpulan berikut sebenarnya adalah implikasi permintaan “Bujur sangkar adalah segi empat yang sama sisi”.

1)      Suatu segi empat yang sisi-sisi horisontalnya tidak sama panjang dengan sisi tegak lurusnya bukan bujur sangkar.
2)      Semua bujur sangkar harus merupakan segi empat, tetapi tidak semua segi empat merupakan bujur sangkar.
3)      Jurnlah sudut dalam bujur sangkar ialah 360 derajat.
4)      Jika scbuah bujur sangkar dibagi dua dengan garis diagonal akan terjadi dua segi tiga sama kaki.
5)      Segi tiga yang terbentuk itu merupakan segi tiga siku-siku.
6)      Setiap segi tiga itu mempunyai dua sudut lancip yang besarnya 45 derajat.
7)      Jumlah sudut dalam segi tiga itu 180 derajat.

Setiap pernyataan yang tercantum itu merupakan cara lain untuk mengungkapkan
pernyataan di atasnya secara konsisten. Pernyataan (2) merupakan implikasi pernyataan (1), pernyataan (3) merupakan implikasi pernyataan (2), dan seterusnya. Di sinilah letak perbedaannya dengan penalaran induktif. Dalam penalaran induktif kesimpulan bukan merupakan implikasi data yang diamati; artinya, kesimpulan mengenai fakta-fakta yang diamati tidak tersirat di dalam fakta itu sendiri. Dalam praktek, proses penulisan tidak dapat dipisahkan dari proses pemikiran/penalaran. Tulisan adalah perwujudan hasil pemikiran/penalaran. Tulisan yang kacau mencerminkan pemikiran yang kacau. Karena itu, latihan keterampilan menulis pada hakikatnva adalah pembiasaan berpikir/bernalar secara tertib dalarn bahasa yang tertib pula.

C.    Isi Karangan
Pada dasarnya isi karangan secara umum dapat dibagi atas tiga bagian, yaitu(1) pendahuluan, (2) isi/uraian, (3) penutup. Sebenarnya, pembabakan tersebut hanya cocok untuk karangan nonilmiah (nonkaril). Adapun sistematika karangan ilmiah yang ideal adalah (1) pendahuluan, (2) teori, (3) data, (4) analisis, (5) kesimpulan dan saran (kalau ada).
Dari uraian di atas tampak bahwa faktor terpenting yang membedakan karil dan nonkaril adalah ada atau tidaknya analisis. Analisis adalah kegiatan menghitung (menambah, mengurangi, membagi), menimbang-nimbang, membandingkan antara teori dan praktik serta mengkaji satu atau beberapa aspek berdasarkan satu atau berbagai sudut pandang. Muara dari kegiatan menganalisis adalah menarik simpulan, yaitu memberi penilaian yang objektif tentang maju mundur, untung rugi, berhasil tidak berhasil, baik buruk, atau gabungan hal tersebut yang didasari oleh argumentasi yang tepat dan ukuran yang akurat. Bila menganalisis sesuatu yang merupakan kelemahan, dalam bagian itu pula sekaligus diberikan saran perbaikan beserta alasan mengapa menyarankan seperti itu (Finoza, 1994: 78).
Dari kelima bagian isi karil, porsi yang terbesar adalah bagian analisis. Bagian analisis merupakan tempat pengarang/penulis berimprovisasi mengolah kata dan kalimat membedah materi sesuai dengan selera dan pandangannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Dengan membaca bagian analisis inilah pembaca dapat melihat sikap kritis dan ketajaman nalar seorang penulis. Setiap penulis karil perlu menyadari bahwa bagian analisis dari karangannya itulah yang orisinal merupakan karya ciptanya yang murni. Adapun menulis teori dan data sebenarnya tidak lebih dari kegiatan mengutip atau memindahkan teori dan data itu dari sumbernya ke dalam karangan, walaupun harus diakui bahwa menyusunnya menjadi bagian yang terintegrasi ke dalam suatu karangan tetap merupakan jasa penulisnya.


D.    Fakta Sebagai Unsur Dasar Penalaran Karangan
Penalaran memerlukan fakta sebagai unsur dasarnya, karena itu agar dapat menalar dengan tepat perlu kita miliki pengetahuan tentang fakta yang berkaitan. Jumlah fakta tidak terbatas dan sifatnya beragam. Fakta saling berkaitan baik secara fungsional maupun dalam hubungan sebab-akibat. Kita dapat menggolongkan sejumlah fakta ke dalam bagian-bagian dengan jumlah anggota yang sama banyaknya, Proses seperti itu disebut pembagian. Berikut proses pembagian :
1.      Klasifikasi ; membuat klasifikasi mengenai sejumlah fakta, berarti memasukan fakta-fakta ke dalam suatu hubungan logis berdasarkan suatu sistem. Dengan klasifikasi maka fakta dapat ditempatkan di dalam suatu sistem kelas sehingga dapat dikenali hubungannya secara horizontal dan vertikal ke samping serta ke atas dan ke bawah. Suatu klasifikasi dapat dikatakan berhenti apabila sudah sampai kepada individu yang tidak dapat diklasifikasikan lebih lanjut meskipun dapat dimasukkan kedalam suatu jenis individu.
Contoh : “Dani adalah manusia” , tetapi tidak “Manusia adalah Dani” karena Dani adalah individu dan bersifat unik. Klasifikasi atau pengelompokan berbeda dengan pembagian. Pembagian lebih bersifat kuantitatif, tanpa suatu kriteria atau ciri penentu. Misalnya, seratus orang mahasiswa dibagi menjadi lima kelompok yang terdiri dari dua puluh orang. Ini merupakan pembagian. Tetapi jika pembagian itu didasarkan atas tinggi badan atau fakultasnya, maka pembagian itu merupakan klasifikasi, yaitu berdasarkan tinggi badan atau fakultas.
2.      Analogi ; merupakan suatu proses penalaran untuk menarik kesimpulan tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran suatu gejala khusus lain yang meiliki sifat-sifat penting.
3.      Hubungan Sebab-Akibat ; penalaran dari sebab ke akibat dimulai dengan pengamatan sebab yang sudah diketahui. Lalu kemudian ditarik kesimpulan mengenai akibat yang ditimbulkan.




DAFTAR PUSTAKA

Finoza, Lamuddin, 1994., Aneka Surat Statuta, Laporan, dan Notula, Jakarta:
        Mawar Gempita.