BAHASA
INDONESIA 2
(
BERPIKIR INDUKTIF )
NAMA : VENY RINDI. K
KELAS
: 3EA21
NPM : 19213107
UNIVERSITAS
GUNADARMA
FAKULTAS
EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN
DOSEN
: RAFIQA. M
PEMBAHASAN
BERPIKIR
INDUKTIF
A. Konsep berpikir induktif
Induksi adalah suatu proses berpikir yang
bertolak dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu
kesimpulan (inferensi). Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan
dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Proses penalaran
ini mulai bergerak dari penelitian dan evaluasi atas fenomena yang ada, maka
disebut sebagai sebuah corak berpikir yang ilmiah karena perlu proses penalaran
yang ilmiah dalam penalaran induktif.
Pengertian fenomena sebagai landasan induktif
harus diartikan sebagai data maupun sebagai pernyataan-pernyataan yang tentunya
bersifat factual. Sehingga induksi dapat berasal dari fenomena yang berbentuk
fakta atau berbentuk pernyataan–pernyataan (proposisi-proposisi). Proses
penalaran induktif dapat dibedakan lagi atas bermacam-macam variasi yaitu:
generalisasi, hipotesa dan teori, analogi induktif, kausal, dll.
B. Konsep bernalar dalam karangan
Menurut Tri Wahyu R.N (2006:115) Penalaran
induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau
sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus,
prosesnya disebut induksi.
Penalaran secara induktif dimulai dengan
mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan
terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang
bersifat umum (filsafat ilmu. Hal 48 Jujun. S. Suriasumantri Pustaka Sinar
Harapan. 2005).
C. Konsep generalisasi
Generalisasi adalah suatu proses penalaran
yang bertolak belakang dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu
inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena – fenomena itu.
Generalisasi akan mempunyai makna penting, jika kesimpulan yang diturunkan dari
fenomena tadi bukan saja mencakup semua fenomena itu, tetapi juga harus berlaku
pada semua fenomena-fenomena lain yang sejenis yang belum diselediki.
Mengenai data atau fakta dalam pengertian
fenomenal individual tadi, selalu terarah kepada pengertian mengenai sesuatu
hal yang individual. Dalam kenyataannya data atau fakta yang dipergunakan itu
sebenarnya merupakan generalisasi juga , yang tidak lain dari sebuah hasil
penalaran yang induktif.
Contoh : bila seseorang berkata bahwa mobil adalah
semacam kendaraan pengangkut, maka pengertian mobil dan kendaraan pengangkut
merupakan hasil generalisasi juga. Dari bermacam-macam tipe kendaraan dengan
ciri-ciri tertentu ia mendapatkan sebuah gagasan mengenai mobil, sedangkan dari
bermacam-macam alat untuk mengangkut sesuatu lahirlah abstraksi yang lebih
tinggi (generalisasi lagi) mengenai kendaraan pengangkut.
Contoh lainnya:
1)
jika dipanaskan, besi memuai.
2)
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
3)
Jika dipanaskan, emas memuai.
4)
Jika dipanaskan, platina memuai
5)
Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.
Generalisasi sendiri dapat dibedakan menjadi
loncatan induktif dan bukan loncatan induktif.
1.
Loncatan induktif
Generalisasi yang bersifat loncatan induktif tetap
bertolak dari beberapa fakta, namun fakta yang digunakan belum mencerminkan
seluruh fenomena yang ada. Dengan demikian loncatan induktif dapat diartikan
sebagai loncatan dari sebagian evidensi kepada seluruh suatu generalisasi yang
jauh melampaui kemungkin yang diberi oleh evidensi-evidensi itu. Generalisasi
semacam ini menagandung kelemahan dan mudah ditolak kalu terdapat
evidensi-evidensi yang bertentangan. Tetapi jika sampel yang dipergunakan itu
secara kualitatif kuat kedudukannya, maka generalisasi semacam itu juga akan
kuat dan sahih sifatnya, apalagi jika bisa diperbanyak lagi fakta atau evidensi
yang menunjang. Bila berdasarkan beberapa orang yang dijumpai suku A masih
sangat terkebelakang, maka hal ini merupakan contoh yang jelas mengenai
loncatan induktif.
2.
Tanpa loncatan induktif
Sebuah generalisasi tidak mengandung loncatan induktif
bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan, sehingga tidak
terdapat peluang untuk menyerang kembali.
Oleh
karena itu, perbedaan antara generalisasi dengan loncatan induktif dan tanpa
loncatan induktif sebenarnya terletak dalam persoalan jumlah fenomena yang
diperlukan. Sebenarnya generalisasi merupakan proses yang biasa dilakukan oleh
setiap orang. Bagi orang kebanyakan, generalisasi itu tidak lain dari
penambahan setengah sadar akan hal-hal umum berdasarkan pengalamannya dari hari
ke hari. Bila suatu waktu ia mendapat hardikan dari atasannya karena membuat
kesalahan, maka belum ada sikap yang timbul pada dirinya. Tetapi bila peristiwa
semacam itu dialaminya berulang-ulang kali, juga dialami oleh kawan-kawan
lainnya, maka mau tidak mau akan timbul suatu generalisasi mengenai atasan itu:
Atasannya adalah seorang yang kejam. Arus baliknya akan menimbulakan suatu
sikap : karena atasan ini seseorang yang kejam, maka jangan membuat kesalahan
kecil sekalipun, agar tadak mendapat umpatan dan hardikan yang tidak perlu.
D. Hipotesis dan teori
· Hipotesis
Secara bahasa hipotesis berasal dari dua
kata, yaitu hypo artinya sebelum dan thesis artinya
pernyataan atau pendapat. Secara istilah hipotesis adalah suatu pernyataan yang
pada waktu diungkapkan belum diketahui kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk
diuji dalam kenyataan empiris. Karena hipotesis merupakan pernyataan sementara
yang masih lemah kebenarannya.
Dalam penggunaannya sehari-hari hipotesa ini
sering juga disebut dengan hipotesis, tidak ada perbedaan makna di dalamnya.
Ketika berfikir untuk sehari-hari, orang
sering menyebut hipotesis sebagai sebuah anggapan, perkiraan, dugaan, dan
sebagainya. Hipotesis juga berarti sebuah pernyataan atau proposisi yang
mengatakan bahwa diantara sejumlah faktaada hubungan tertentu. Proposisi inilah yang akan
membentuk proses terbentuknya sebuah hipotesis di dalampenelitian, salah satu diantaranya yaitu Penelitian sosial.
Proses pembentukan hipotesis merupakan sebuah proses penalaran, yang melalui tahap-tahap tertentu. Hal
demikian juga terjadi dalam pembuatan hipotesis ilmiah, yang dilakukan dengan sadar, teliti, dan terarah. Sehingga dapat
dikatakan bahwa sebuah Hipotesis merupakan satu tipe proposisi yang langsung
dapat diuji.
Penetapan hipotesis dalam sebuah penelitian
memberikan manfaat sebagai berikut:
1)
Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan
penelitian dan kerja penelitian.
2)
Mensiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan
hubungan antar fakta, yang kadangkala hilang begitu saja dari perhatian
peneliti.
3)
Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan
fakta yang bercerai-berai tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan
menyeluruh.
4)
Sebagai panduan dalam pengujian serta
penyesuaian dengan fakta dan antar fakta.
– Ciri Hipotesis Yang Baik
Perumusan hipotesis yang baik dan benar harus
memenuhi ciri-ciri sebagai berikut:
1)
Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk
kalimat pernyataan deklaratif, bukan kalimat pertanyaan.
2)
Hipotesis berisi penyataan mengenai hubungan
antar paling sedikit dua variabel penelitian.
3)
Hipotesis harus sesuai dengan fakta dan dapat
menerangkan fakta.
4)
Hipotesis harus dapat diuji (testable).
Hipotesis dapat duji secara spesifik menunjukkan bagaimana variabel-variabel
penelitian itu diukur dan bagaimana prediksi hubungan atau pengaruh antar
variabel termaksud.
5)
Hipotesis harus sederhana (spesifik) dan
terbatas, agar tidak terjadi kesalahpahaman pengertian.
Beberapa contoh hipotesis penelitian yang
memenuhi kriteria yang tersebut di atas:
1)
Olahraga teratur dengan dosis rendah selama 2
bulan dapat menurunkan kadar gula darah secara signifikan pada pasien IDDM.
2)
Pemberian tambahan susu sebanyak 3 gelas per
hari pada bayi umur 3 bulan meningkatkan berat badan secara signifikan.
-
Jenis-Jenis Hipotesis
Penetapan hipotesis tentu didasarkan pada
luas dan dalamnya serta mempertimbangkan sifat dari masalah penelitian. Oleh
karena itu, hipotesispun bermacam-macam, ada yang didekati dengan cara pandang:
sifat, analisis, dan tingkat kesenjangan yang mungkin muncul pada saat
penetapan hipotesis.
a)
Hipotesis dua arah dan hipotesis satu arah
Hipotesis
penelitian dapat berupa hipotesis dua-arah dan dapat pula berupa hipotesis
satu-arah. Kedua macam tersebut dapat berisi pernyataan mengenai adanya
perbedaan atau adanya hubungan.
Contoh
hipotesis dua arah:
1.
Ada perbedaan tingkat peningkatan berat badan
bayi antara bayi yang memperoleh susu tambah 3 gelas dari ibu yang berperan
ganda dan tidak berperan ganda.
2.
Ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan
prestasi belajar siswa.
Hipotesis dua-arah memang kurang spesifik,
oleh karena itu perlu diformulasikan dalam hipotesis satu-arah.
Contoh:
1. Terdapat perbedaan peningkatan berat badan
bayi yang signifikan antara bayi yang memperoleh susu tambah 3 gelas dari ibu
yang berperan ganda dan tidak berperan ganda.
2. Ada hubungan yang cukup kuat antara
tingkat kecemasan siswa dengan prestasi belajar siswa.
- Hipotesis dalam penelitian
Penggunaan hipotesis dalam suatu penelitian
didasarkan pada masalah atau tujuan penelitian. Dalam masalah atau tujuan penelitian tampak
apakah penelitian menggunakan hipotesis atau tidak.
Contohnya yaitu Penelitian eksplorasiyang tujuannya untuk menggali dan
mengumpulkan sebanyak mungkin data atau informasi tidak menggunakan hipotesis. Hal ini
sama dengan penelitian
deskriptif, ada
yang berpendapat tidak menggunakan hipotesis sebab hanya membuat deskripsi atau
mengukur secara cermat tentang fenomena yang diteliti tetapi ada juga yang
menganggap penelitian deskriptif dapat menggunakan hipotesis. Sedangkan, dalam
penelitian penjelasan yang bertujuan menjelaskan hubungan antar-variabel adalah keharusan untuk menggunakan
hipotesis.
1)
Untuk menguji teori,
2)
Mendorong munculnya teori,
5)
Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan
yang akan dihasilkan.
-
Tahap-tahap pembentukan hipotesis secara umum
Tahap-tahap pembentukan hipotesa pada umumnya
sebagai berikut:
Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul karena
sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan
berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu
yang sudah diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar
dengan perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan
masalah mendapat bentuk perumusan masalah.
2)
Hipotesis pendahuluan atau hipotesis
preliminer (preliminary hypothesis).
Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi
pangkal bertolak dari semua kegiatan. Ini digunakan juga dalam penalaran
ilmiah. Tanpa hipotesa preliminer, observasi tidak akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan untuk
menyimpulkan suatu konklusi,
karena tidak relevan dengan masalah yang dihadapi. Karena tidak dirumuskan
secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis
keseluruhanpenelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya
digunakan untuk melakukan uji coba sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.
Pengumpulan fakta. Dalam penalaran ilmiah, diantara jumlah fakta yang besarnya tak
terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan
hipotesa preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan
memilih fakta.
-
Formulasi hipotesa.
Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau
intuisi, dimana logika tidak dapat berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa
diciptakan saat terdapat hubungan tertentu diantara sejumlah fakta. Sebagai
contoh sebuah anekdot yang
jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel
jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya bahwa
semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang dikenal
dengan hukum gravitasi.
-
Pengujian hipotesa.
artinya mencocokkan hipotesa dengan keadaan
yang dapat diobservasi dalam istilah ilmiah hal ini disebutverifikasi(pembenaran). Apabila hipotesa terbukti cocok
dengan fakta maka disebut konfirmasi.
Terjadifalsifikasi(penyalahan)
jika usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan
hipotesa, dan bilamana usaha itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah
oleh fakta yang dinamakan koroborasi(corroboration).
Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.
apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan
menjadi ramalan (dalam
istilah ilmiah disebut prediksi),
dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta. Kemudian harus dapat
diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.
· Teori
Teori adalah serangkaian bagian atau
variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah
pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar
variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan
fenomena alamiah.
Teori juga merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti kebenarannya. Manusia membangun teori untuk menjelaskan,
meramalkan, dan menguasai fenomena tertentu misalnya, benda-benda mati,
kejadian-kejadian di alam, atau tingkah laku hewan. Sering kali, teori dipandang sebagai
suatu model atas kenyataan. Misalnya : apabila kucing mengeong berarti
minta makan.
-
Hubungan antara hipotesis dengan teori
Hipotesis ini merupakan suatu jenis proposisi
yang dirumuskan sebagai jawaban tentatif atas suatu masalah dan kemudian diuji secara empiris. Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya
hipotesis menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan
hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka teoritis. Hipotesis ini, diturunkan, atau bersumber dari teori dan tinjauan literatur yang berhubungan dengan masalah yang
akan diteliti.
Oleh karena itu teori yang tepat akan menghasilkan hipotesis yang tepat untuk digunakan
sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari
dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif peneliti
menguji suatu teori. Untuk meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis
yang diturunkan dari teori.
E. Analogi
Analogi dalam bahasa Indonesia adalah kias
(Arab: Qasa=mengukur, membandingkan). Analogi adalah suatu perbandingan yang
mencoba membuat suatu gagasan terlihat benar dengan cara membandingkannya
dengan gagasan lain yang mempunyai hubungan dengan gagasan yang pertama.
Analogi merupakan salah satu teknik dalam
proses penalaran induktif. Sehingga analogi kadang-kadang disebut juga sebagai
analogi induktif, yaitu proses penalaran dari satu fenomena menuju fenomena
lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena
yang pertama akan terjadi juga pada fenomena yang lain.
Tujuan :
1)
Membantu seseorang menambah dan
mempercepatkan kefahaman tentang sesuatu perkara.
Membuat justifikasi
terhadap rumusan yang dibuat berdasarkan persefahaman antara satu objek dengan yang
lain.
2)
Untuk menonjolkan ciri am yang terdapat pada
objek-objek tersebut.
3)
Memungkinkan seseorang mencipta analogi
sendiri.
·
Macam-macam analogi
a)
Analogi Induktif
Analogi induktif, yaitu analogi yang disusun
berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan
bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua.
Analogi induktif merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk membuat
suatu kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti
terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan. Misalnya, Tim Uber
Indonesia mampu masuk babak final karena berlatih setiap hari. Maka tim Thomas
Indonesia akan masuk babak final jika berlatih setiap hari.
b)
Analogi Deklaratif
Analogi deklaratif merupakan metode untuk
menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan
sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru
menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah
kita ketahui atau kita percayai. Misalnya, untuk penyelenggaraan negara yang
baik diperlukan sinergitas antara kepala negara dengan warga negaranya.
Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang benar diperlukan
sinergitas antara akal dan hati.
Contoh Analogi :
1)
Badannya kurus macam lidi
2)
Benda itu bujur macam telur
3)
Bangunan di Kuala Lumpur tumbuh macam
cendawan
4)
Kanak-kanak itu lapar seperti anak burung
yang kehilangan ibu.
5)
Orang itu garang macam harimau.
F. Hubungan kausal
Hubungan kausal sering diartikan sebagai
penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan, hubungan
sebab – akibat (hubungan kausal) dapat berupa sebab yang sampai kepada
kesimpulan yang merupakan akibat atau sebaliknya. Pada umumnya hubungan sebab
akibat dapat berlangsungdalam tiga pola, yaitu sebab ke akibat, akibat ke
sebab, dan akibat ke akibat. Namun, pola yang umum dipakai adalah sebab ke
akibat dan akibat ke sebab. Ada 3 jenis hubungan kausal, yaitu:
1)
Hubungan sebab-akibat.
Yaitu dimulai dengan mengemukakan fakta yang
menjadi sebab dan sampai kepada kesimpulan yang menjadi akibat. Pada pola sebab
ke akibat sebagai gagasan pokok adalah akibat, sedangkan sebab merupakan
gagasan penjelas.
Contoh:
Anak-anak berumur 7 tahun mulai memasuki usia sekolah. Mereka mulai mengembangkan interaksi social dilingkungan tempatnya menimba ilmu. Mereka bergaul dengan teman-teman yang berasal dari latar belakang yang berbeda. Dengan demikian, berbagai karakter anak mulai terlihat karena proses sosialisasi.
Anak-anak berumur 7 tahun mulai memasuki usia sekolah. Mereka mulai mengembangkan interaksi social dilingkungan tempatnya menimba ilmu. Mereka bergaul dengan teman-teman yang berasal dari latar belakang yang berbeda. Dengan demikian, berbagai karakter anak mulai terlihat karena proses sosialisasi.
2)
Hubungan akibat-sebab
Yaitu hubungan yang dimulai dengan fakta yang
menjadi akibat, kemudian dari fakta itu dianalisis untuk mencari sebabnya.
Contoh:
Dalam bergaul anak dapat berprilaku aktif. Sebaliknya, ada pula anak yang masih malu-malu dan selalu dan mengandalkan temannya. Namun, tidak dapat di pungkiri jika ada anak yang selalu mambuat ulah. Hal ini disebabkan oleh interaksi sosial yang dilakukan anak ketika memasuki usia sekolah.
Dalam bergaul anak dapat berprilaku aktif. Sebaliknya, ada pula anak yang masih malu-malu dan selalu dan mengandalkan temannya. Namun, tidak dapat di pungkiri jika ada anak yang selalu mambuat ulah. Hal ini disebabkan oleh interaksi sosial yang dilakukan anak ketika memasuki usia sekolah.
3)
Hubungan sebab-akibat1-akibat2
Yaitu dimulai dari suatu sebab yang dapat
menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang
menimbulkan akibat kedua. Demikianlah seterusnya hingga timbul rangkaian
beberapa akibat.
Contoh.
Mulai tanggal 2 april 1975 harga berbagai jenis minyak bumi dalam negeri naik. Minyak tanah, premium, solar, diesel, minyak pelumas, dan lain-lainnya dinaikan harganya, karena pemerintah ingin mengurangi subsidinya, dengan harapan supaya ekonomi Indonesia makin wajar. Karena harga bahan baker naik, sudah barang tentu biaya angkutanpun akan naik pula. Jika biaya angkutan naik, harga barang pasti akan ikut naik, karena biaya tambahan untuk transport harus diperhitungkan. Naiknya harga barang akan terasa berat untuk rakyat. Oleh karena itu, kenaikan harga barang dan jasa harus diimbangi dengan usaha menaikan pendapatan rakyat.
Mulai tanggal 2 april 1975 harga berbagai jenis minyak bumi dalam negeri naik. Minyak tanah, premium, solar, diesel, minyak pelumas, dan lain-lainnya dinaikan harganya, karena pemerintah ingin mengurangi subsidinya, dengan harapan supaya ekonomi Indonesia makin wajar. Karena harga bahan baker naik, sudah barang tentu biaya angkutanpun akan naik pula. Jika biaya angkutan naik, harga barang pasti akan ikut naik, karena biaya tambahan untuk transport harus diperhitungkan. Naiknya harga barang akan terasa berat untuk rakyat. Oleh karena itu, kenaikan harga barang dan jasa harus diimbangi dengan usaha menaikan pendapatan rakyat.
G. Induksi dalam metode eksposisi
Eksposisi adalah salah satu jenis
pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan
untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang
singkat, akurat, dan padat.
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan
tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan
bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar
atau statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi
uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut
paparan proses.
Langkah menyusun eksposisi:
1.
Menentukan topik/tema , Menetapkan tujuan,
Mengumpulkan data dari berbagai sumber, Menyusun kerangka karangan sesuai
dengan topik yang dipilih
2.
Mengembangkan kerangka menjadi karangan
eksposisi
DAFTAR
PUSTAKA
Wahyu, Tri R.N. 2006. Bahasa Indonesia.
Jakarta:Universitas Gunadarma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar