PERILAKU
KONSUMEN
(
PEMBAHASAN BAB 11-14 )
NAMA : VENY RINDI. K
KELAS
: 3EA21
NPM : 19213107
UNIVERSITAS
GUNADARMA
FAKULTAS
EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN
DOSEN
: JHON HENDRI
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang
telah memberi rahmat dan hidayah nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan Makalah
ini. Hanya untuk pemahaman semata pada mata kuliah Perilaku Konsumen. Selama penyusunan
penulisan makalah ini telah mendapat pengalaman yang sangat berharga dalam
berbagai hal.
Adapun tujuan disusunnya makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas dari Bpk. Jhon Hendry selaku dosen Perilaku
Konsumen.
Terimakasih semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi yang membacanya.
Bekasi, Oktober 2015
Penulis
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB XI PENGARUH KELAS SOSIAL DAN
STATUS................................
1
A. Jenjang Sosial..............................................................................................
1
B. Pengertian
Jenjang Sosial ........................................................................... 1
C. Faktor Penentu Kelas Sosial ...................................................................... 2
D. Pengukuran Kelas Sosial ............................................................................ 4
E. Apakah Kelas Sosial Berubah .................................................................... 6
F. Pemasaran Pada Segmen Pasar Berdasarkan Kelas Sosial......................... 6
BAB XII PENGARUH INDIVIDU....................................................................
8
A. Pengaruh Kelompok Refrensi
.................................................................... 8
B. Pengaruh Kata-Kata .................................................................................. 9
BAB
XIII PENGARUH KELUARGA DAN RUAH TANGGA .................. 11
A.
Keluarga dan Studi Tentang Perilaku
Konsumen ...................................... 11
B.
Penentu Keputusan Pembelian Pada Suatu
Keluarga ................................ 12
C.
Family Life Cycle (FLC)............................................................................
13
D.
Perubahan Struktur Keluarga dan Rumah
Tangga.....................................
13
E.
Metode Riset Untuk Mengetahui
Pengambilan Keputusan Oleh Keluarga 14
BAB
XIV PENGARUH SITUASI.....................................................................
15
A. Tipe-Tipe
Situasi Konsumen.....................................................................
15
B. Interaksi
Individu Dengan Situasi ........................................................... 16
C. Pengaruh
Situasi Tidak Terduga...............................................................
16
DAFTAR
PUSTAKA ......................................................................................... 17
BAB
XI
PENGARUH KELAS SOSIAL DAN STATUS
A.
JENJANG
SOSIAL
Pada kehidupan setiap individu, masing-masing memiliki
perbedaan yang cukup beragam. Setiap orang dapat membedakannya melalui
kelas-kelas tertentu, yaitu kelas bawah, menengah, dan kelas atas. Perbedaan
yang muncul terkadang membuat kita merasa ada yang kurang dari diri sendiri
atau suatu ketidak kepercayaan. Apabila disangkut-pautkan dengan makna dari
bhineka tunggal ika bangsa Indonesia; "meskipun berbeda tetapi tetap
satu". Seharusnya kita bisa memaknai kalimat tersebut. Perbedaan yang lain
dapat dinilai dari fisik, keyakinan, ras, suku, agama, pendidikan, jenis
kelamin, usia, kemampuan, dsb.
Kelas sosial didefinisikan sebagai suatu strata (lapisan)
orang-orang yang berkedudukan sama dalam kontinum (rangkaian kesatuan) status
sosial. Definisi ini memberitahukan bahwa dalam masyarakat terdapat orang-orang
yang secara sendidi-sendidi atau bersama-sama memiliki kedudukan social yang
kurang lebih sama. Mereka yang memiliki kedudukan kurang lebih sama akan berada
pada suatu lapisan yang kurang lebih sama pula.
B.
PENGERTIAN
JENJANG SOSIAL
Kelas sosial
didefinisikan sebagai pembagian anggota masyarakat ke dalam suatu hierarki
status kelas yang berbeda sehingga para anggota setiap kelas secara relatif
mempunyai status yang sama, dan para anggota kelas lainnya mempunyai status
yang lebih tinggi atau lebih rendah. Kategori kelas sosial biasanya disusun
dalam hierarki, yang berkisar dari status yang rendah sampai yang tinggi.
Dengan demikian, para anggota kelas sosial tertentu merasa para anggota kelas
sosial lainnya mempunyai status yang lebih tinggi maupun lebih rendah dari pada
mereka. Aspek hierarkis kelas sosial penting bagi para pemasar. Para konsumen
membeli berbagai produk tertentu karena produk-produk ini disukai oleh anggota
kelas sosial mereka sendiri maupun kelas yang lebih tinggi, dan para konsumen
mungkin menghindari berbagai produk lain karena mereka merasa produk-produk
tersebut adalah produk-produk “kelas yang lebih rendah”.
Pendekatan yang
sistematis untuk mengukur kelas sosial tercakup dalam berbagai kategori yang
luas berikut ini: ukuran subjektif, ukuran reputasi, dan ukuran objektif dari
kelas sosial. Peneliti konsumen telah menemukan bukti bahwa di setiap kelas
sosial, ada faktor-faktor gaya hidup tertentu ( kepercayaan, sikap, kegiatan,
dan perilaku bersama ) yang cenderung membedakan anggota setiap kelas dari
anggota kelas sosial lainnya.
Para individu dapat berpindah ke atas maupun ke bawah
dalam kedudukan kelas sosial dari kedudukan kelas yang disandang oleh orang tua
mereka. Yang paling umum dipikirkan oleh orang-orang adalah gerakan naik karena
tersedianya pendidikan bebas dan berbagai peluang untuk mengembangkan dan
memajukan diri.
Dengan mengenal bahwa para individu sering menginginkan
gaya hidup dan barang-barang yang dinikmati para anggota kelas sosial yang
lebih tinggi maka para pemasar sering memasukkan simbol-simbol keanggotaan
kelas yang lebih tinggi, baik sebagai produk maupun sebagai hiasan dalam iklan
yang ditargetkan pada audiens kelas sosial yang lebih rendah.
C.
FAKTOR PENENTU KELAS SOSIAL
Apakah yang
menyebabkan seseorang tergolong ke dalam suatu kelas sosial tertentu? Jawaban
terhadap pertanyaan tersebut sangat beragam, karena strata sosial dalam
masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan masyarakat itu sendiri atau terjadi dengan sengaja disusun untuk
mengejar tujuan-tujuan atau kepentingan-kepentingan bersama. Secara ideal
semua manusia pada dasarnya sederajat. Namun secara realitas, disadari ataupun
tidak ada orang-orang yang dipandang tinggi kedudukannya dan ada pula yang
dipandang rendah kedudukannya. Dalam istilah sosiologi kedudukan seseorang
dalam masyarakat disebut status atau kedudukan sosial (posisi seseorang dalam suatu pola hubungan sosial yang tertentu).
Status merupakan unsur utama pembentukan strata sosial, karena status
mengandung aspek struktural dan aspek fungsional. Aspek struktural adalah aspek
yang menunjukkan adanya kedudukan - tinggi dan rendah dalam hubungan antar
status. Aspek fungsional, yaitu aspek yang menunjukkan adanya hak-hak dan
tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh penyandang status.
Talcott Persons,
menyebutkan ada lima menentukan tinggi rendahnya status seseorang, yaitu:
1. Kriteria kelahiran
(ras, kebangsawanan, jenis keCamin,
2. Kualitas atau mutu
pribadi (umur, kearifan atau kebijaksanaan)
3. Prestasi (kesuksesan
usaha, pangkat,
4. Pemilikan atau
kekayaan (kekayaan harta benda)
5. Otoritas (kekuasaan
dan wewenang: kemampuan-untuk menguasai/ mempengaruhi orang lain sehingga orang
itu mau bertindak sesuai dengan yang diinginkan tanpa perlawanan)
Beberapa indikator lain yang berpengaruh terhadap
pembentukan kelas sosial, yaitu:
a. Kekayaan
Untuk memahami
peran uang dalam menentukan strata sosiai/kelas sosial, kita harus menyadari
bahwa pada dasamya kelas sosial
merupakan suatu cara hidup. Artinya bahwa pada kelas-kelas
sosial tertentu, memiliki cara hidup atau pola hidup tertentu pula, dan untuk
menopang cara hidup tersebut diperlukan biaya dalam hal ini uang memiliki peran
untuk menopang cara hidup kelas sosial tertentu.
b. Pekerjaan
Dengan semakin beragamnya
pekerjaan yang terspesialisasi kedalam jenis-jenis pekerjaan tertentu, kita
secara sadar atau tidak bahwa beberapa jenis pekerjaan tertentu lebih terhormat
daripada jenis pekerjaan lainnya.
c. Pendidikan
Kelas sosial dan
pendidikan saling mempengaruhi sekurang-kurangnya dalam dua hal. Pertama,
pendidikan yang tinggi memerlukan uang dan motivasi. Kedua, jenis dan tinggi
rendahnya pendidikan mempengaruhi jenjang kelas sosial. Pendidikan tidak hanya
sekedar memberikan ketrampilan kerja, tetapi juga melahirkan perubahan mental,
selera, minat, tujuan, etiket, cara berbicara - perubahan dalam keseluruhan
cara hidup seseorang. Dalam beberapa hal, pendidikan malah lebih penting
daripada pekerjaan. De Fronzo (1973) menemukan bahwa dalam segi sikap pribadi dan
perilaku sosial para pekerja kasar sangat berbeda dengan para karyawan kantor.
Namun demikian, perbedaan itu sebagian besar tidak tampak bilamana tingkat
pendidikan mereka sebanding.
D.
PENGUKURAN
KELAS SOSIAL
Pembagian
Kelas Sosial terdiri atas 3 bagian yaitu:
a. Berdasarkan Status Ekonomi.
·
Aristoteles
menggambarkan ketiga kelas tersebut seperti piramida:
1. Golongan Sangat Kaya
2. Golongan Kaya
3. Golongan Miskin
Ket :
Golongan pertama : merupakan kelompok terkecil dalam
masyarakat. Mereka terdiri dari pengusaha, tuan tanah dan bangsawan.
Golongan kedua : merupakan golongan yang cukup banyak
terdapat di dalam masyarakat. Mereka terdiri dari para pedagang, dsbnya.
Golongan ketiga : merupakan golongan terbanyak dalam
masyarakat. Mereka kebanyakan rakyat biasa.
·
Karl
Marx juga membagi masyarakat menjadi tiga golongan, yakni:
a. Golongan kapitalis atau borjuis : adalah mereka yang
menguasai tanah dan alat produksi.
b. Golongan menengah : terdiri dari para pegawai
pemerintah.
c. Golongan proletar : adalah mereka yang tidak memiliki
tanah dan alat produksi. Termasuk didalamnya adalah kaum buruh atau pekerja
pabrik.
Menurut Karl
Marx golongan menengah cenderung dimasukkan ke golongan kapatalis karena dalam
kenyataannya golongan ini adalah pembela setia kaum kapitalis. Dengan demikian,
dalam kenyataannya hanya terdapat dua golongan masyarakat, yakni golongan
kapitalis atau borjuis dan golongan proletar.
·
Pada
masyarakat Amerika Serikat, pelapisan masyarakat dibagi menjadi enam kelas
yakni:
a. Kelas sosial atas lapisan atas ( Upper-upper class)
b. Kelas sosial atas lapisan bawah ( Lower-upper class)
c. Kelas sosial menengah lapisan atas ( Upper-middle
class)
d. Kelas sosial menengah lapisan bawah ( Lower-middle
class)
e. Kelas sosial bawah lapisan atas ( Upper lower class)
f. Kelas sosial lapisan sosial bawah-lapisan bawah (
Lower-lower class)
Ket
:
Kelas sosial pertama : keluarga-keluarga yang telah lama
kaya.
Kelas sosial kedua : belum lama menjadi kaya
Kelas sosial ketiga : pengusaha, kaum profesional
Kelas sosial keempat : pegawai pemerintah, kaum semi
profesional, supervisor, pengrajin terkemuka
Kelas sosial kelima : pekerja tetap (golongan pekerja)
Kelas sosial keenam : para pekerja tidak tetap,
pengangguran, buruh musiman, orang bergantung pada tunjangan.
·
Dalam
masyarakat Eropa dikenal 4 kelas, yakni:
1. Kelas puncak (top class)
2. Kelas menengah berpendidikan (academic middle class)
3. Kelas menengah ekonomi (economic middle class)
4. Kelas pekerja (workmen dan Formensclass)
5. Kelas bawah (underdog class)
b. Berdasarkan Status Sosial
Kelas sosial timbul karena adanya perbedaan dalam
penghormatan dan status sosialnya. Misalnya, seorang anggota masyarakat
dipandang terhormat karena memiliki status sosial yang tinggi, dan seorang
anggota masyarakat dipandang rendah karena memiliki status sosial yang rendah.
c. Berdasarkan Status Politik
Secara politik, kelas sosial didasarkan pada wewenang dan
kekuasaan. Seseorang yang mempunyai wewenang atau kuasa umumnya berada
dilapisan tinggi, sedangkan yang tidak punya wewenang berada dilapisan bawah.
Kelompok kelas sosial atas antara lain:
- pejabat eksekutif, tingkat pusat maupun desa.
- pejabat legislatif, dan
- pejabat yudikatif.
Pembagian kelas-kelas sosial dapat kita lihat dengan
jelas pada hirarki militer.
A. Kelas Sosial Atas (perwira) Dari pangkat Kapten hingga
Jendral
B. Kelas sosial menengah (Bintara) Dari pangkat Sersan
dua hingga Sersan mayor
C. Kelas sosial bawah (Tamtama) Dari pangkat Prajurit
hingga Kopral kepala
E.
APAKAH KELAS SOSIAL BERUBAH
Kelas sosial akan
pasti berubah, sama halnya seperti roda kehidupan yang selalu berputar. Kadang
seseorang berada dalam status sosial yang tinggi atau berada saat mapan atau di
hormati, tetapi terkadang lambat laun akan berada di posisi bawah, yaitu ketika
mereka tidak lagi berjaya, kaya, atau di hormati seperti sebelum – sebelumnya.
Ketika kelas sosial berubah perubahan itu juga akan mempengaruhi perilaku dan
selera konsumen terhadap suatu barang. Misalnya seorang yang biasa mengkonsumsi
nasi dari beras yang mempunyai kualitas yang rendah, tetapi apabila ia menjadi
kaya atau memperoleh rezeki yang berlebih maka ia akan merubah beras yang di
konsumsi dari yang berkualitas rendah ke kualitas yang lebih tinggi. Dan ini
juga bisa mempengaruhi berbagai permintaan produksi suatu barang maupun jasa.
F. PEMASARAN PADA SEGMEN PASAR
BERDASARKAN KELAS SOSIAL
Pemasaran pada
segmen pasar berdasarkan kelas sosial berbeda – beda sesuai dengan kelas sosial
yang ingin di tuju. Bisa dilihat apabila ingin memasarkan suatu produk yang mempunyai
kelas sosial yang tinggi biasanya menggunakan iklan yang premium atau bisa di
bilang lebih eksklusif karena dapat diketahui bahwa orang – orang yang berada
di kelas sosial atau memiliki status sosial yang tertinggi, mereka lebih
memilih produk yang higienis, terbaru, bermerk, dan kualitas yang sangat bagus.
Berbeda apabila pemasaran dilakukan untuk orang – orang yang berada pada kelas
sosial terendah. Penggunaan iklan pun kurang di gencarkan dan biasanya malah
lebih menggunakan promosi yang lebih kuat, karena kelas sosial yang rendah
lebih banyak mementingkan sebuah kuantitas suatu produk dengan harga yang
murah. Jadi berbeda sekali pemasaran yang dilakukan apabila melihat dari posisi
kelas sosial yang ada.
BAB
XII
PENGARUH INDIVIDU
A.
PENGARUH
KELOMPOK REFRENSI
Kelompok referensi disebut juga sebagai acuan. Kelompok
referensi merupakan sekelompok orang yang secara nyata mempengaruhi perilaku
seorang secara langsung atau tidak langsung. Kelompok referensi ini berguna
sebagai referensi seseorang dalam pengambilan keputusandan sebagai dasar
pembandingan bagi seseorang dalam membentuk nilai dan sikap umum / khusus atau
pedoman khusus bagi perilaku.
Jenis – jenis kelompok referensi berdasarkan
pengelompkannya yaitu :
1. Menurut intensitas interaksi dan kedekatannya:
· Kelompok primer
· Kelompok sekunder
2. Menurut legalitas keberadaan:
· Kelompok formal
· Kelompok informal
3. Menurut status keanggotaan dan pengaruh:
· Kelompok aspirasi
· Kelompok disosiasi
· Primary / secondary
· Membership
Untuk dapat
mempunyai pengaruh tersebut, kelompok rujukan harus melakukan hal – hal berikut
ini :
1) Memberitahukan atau mengusahakan agar orang menyadari
adanya suatu produk / merk khusus.
2) Memberikan kesempatan pada individu untuk membandingkan
pemikirannya sendiri dengan sikap dan perilaku kelompok.
3) Mempengaruhi individu untuk mengambil sikap dan perilaku
yang sesuai dengan norma-norma kelompok.
4) Membenarkan keputusan untuk memakai produk-produk yang
sama dengan kelompok
Untuk mendorong
timbulnya conformity maka kelompok referensi harus melakukan hal-hal sebagai
berikut :
1) Memberitahukan atau mengusahakan agar orang menyadari
adanya sesuatu produk menarik atau merek yang khusus.
2) Memberikan kesempatan kepada individu untuk membandingkan
pemikirannya sendiri dengan sikap dan perilaku kelompok.
3) Mempengaruhi individu untuk mengambil sikap dan perilaku
yang sesuai dengan norma-norma kelompok.
4) Membenarkan keputusan untuk memakai produk-produk yang
sama dengan kelompok.
B.
PENGARUH KATA-KATA
Keluarga dapat pempengaruhi perilaku Konsumen. Keluarga
adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat.
Keputusan pembelian keluarga, tergantung pada produk, iklan dan situasi.
Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya-keluarga, klub,
organisasi. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasikan
dalam peran dan status. Setiap peran membawa status yang mencerminkan
penghargaan yang diberikan oleh masyarakat.
Para anggota keluarga dapat mempengaruhi dengan kuat
terhadap perilaku membeli. Kita dapat membedakan dua maaca keluarga dalam
kehidupan pembeli. Pertama, keluarga sebagai sumber orientasi yang terdiri dari
orangtua. Kedua, keluarga sebagai sumber keturunan, disani adanya hubungan yang
saling mempengaruhi (suami-istri dan anak).
Menurut Schiffman dan Kanuk terdapat 8 peran yang
dilakukan oleh anggota keluarga, antara lain :
· Penjaga pintu (gatekeepers)
· Pemberi pengaruh
· Pengambil keputusan (decision maker)
· Pembeli (buyer)
· Penyiap (preparer/installer)
· Pengguna (user)
· Pemelihara (maintener)
· Pembuang (disposer)
Menurut Neighbour
(1985) tahapan, tugas dan masalah yang menjadi isu penting dalam setiap tahapan
siklus kehidupan keluarga adalah sebagai berikut :
· Tahap Perkawinan
· Tahap Melahirkan Anak
· Tahap Membesarkan Anak-Anak Memasuki Sekolah Dasar
· Membesarkan Anak-Anak Usia Remaja
· Keluarga Mulai Melepaskan Anak-Anak
· Tahun-tahun Pertengahan
· Usia Tua
Berdasarkan segmen
keluarga yang dipilih ini perusahaan dapat menyusun bauran pemasaran melalui
:
1. Strategi Produk
2. Strategi Promosi
3. Strategi Harga
4. Distribusi
BAB
XIII
PENGARUH KELUARGA DAN RUMAH TANGGA
A.
KELUARGA
DAN STUDI TENTANG PERILAKU KONSUMEN
Studi tentang
keputusan keluarga sebagai konsumen kurang lazim dibandingkan studi tentang
individu sebagai konsumen. Alasan untuk pengabaian dalam studi pembelian
keluarga adalah kesulitan dalam mempelajari tentang keluarga sebagai
organisasi. Survey dan metodologi penelitian pemasaran lain lebih mudah
dijalankan untuk individu daripada untuk keluarga. Pemberian kuesioner kepada
seluruh keluarga membutuhkan akses ke semua anggota pada waktu yang lebih
kurang sama, dengan menggunakan bahasa yang mempunyai makna sama bagi semua
anggota keluarga, dan menafsirkan hasil ketika anggota dari keluarga yang sama
melaporkan opini yang bertentangan mengenai apa yang dibeli oleh keluarga atau
pengaruh relative dalam keputusan tersebut.
Haverty mengidentifikasikan variabel utama yang terlibat
didalam analisis seperti ini :
a) Fungsi Produksi Rumah Tangga
b) Stok (Sumber Daya) Rumah Tangga
c) Variabel Eksogen atau yang Ditetapkan Sebelumnya
Walaupun rumah
tangga dan keluarga kadang digunakan secara dapat dipertukarkan sewaktu
menganalisis bagaimana keputusan pembelian diambil, adalah penting untuk
membedakan antara kedua ini sewaktu memeriksa data. Rumah tangga menjadi unit
yang analisis yang lebih penting bagi pemasar karena pertumuhan yang pesat di
dalam keluarga trdisional dan rumah tangga nonkeluarga. Di antara rumah tangga
nonkeluarga,mayoritas besar terdiri dari orang-orang yang hidup sendiri.
B.
PENENTU
KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA SUATU KELUARGA
Keluarga memiliki
pendapatan rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga karena
jumlah yang lebih banyak dari individu yang bekerja di dalam keluarga. Untuk
keluarga maupun rumah tangga, keempat variabel structural yang paling memberi
dampak pada keputusan pembelian dan yang demikian paling menarik bagi pemasar
adalah usia kepala rumah tangga atau keluarga, ststus perkawinan, kehadiran
anak, dan ststus pekerjaan.
Keluarga adalah
sama dengan perusahaan; keluarga adalah organisasi yang terbentuk untuk
mencapai fungsi tertentu yanmg lebih efektif dibandingkan individu yang hidup
sendiri. Fungsi yang paling jelas bahwa dua oramg dapat mencapai lebih baik
daripada satu orang adalah mempunyai anak. Walaupun analisis konsumen mungkin
tidak mempunyai opini mengenai apakah keluarga harus mempunyai anak atau tidak.
Konsekuensi ekonomi dengan hadirnya anak menciptakan struktur permintaan akan
pakaian, makana, perbot, rumah, perawatan kesehatan, pendidikan dan
produk.lain. anak di dalam keluarga dapat menyebabkan menurunnya permintaan
akan produk lain, seperti perjalanan, restoran, pakaian orang dewasa, dan
banyak barang yang bebas pilih.
Tipe – Tipe
Perilaku Pembelian Menurut Wilkie (1990), tipe perilaku konsumen dalam
melakukan pembelian dikelompokkan menjadi empat berdasarkan tingkat
keterlibatan pembeli dan tingkat keterlibatan diferensiasi merek, yang
dijelaskan sebagai berikut :
a) Budget Allocation (Pengalokasian budget)
Pilihan konsumen
terhadap suatu barang dipengaruhi oleh cara bagaimana membelanjakan atau
menyimpan dana yang tersedia, kapan waktu yang tepat untuk membelanjakan uang
dan apakah perlu melakukan pinjaman untuk melakukan pembelian.
b) Product Purchase or Not (Membeli produk atau tidak)\
Perilaku pembelian
yang menggambarkan pilihan yang dibuat oleh konsumen, berkenaan dengan tiap
kategori produk atau jasa itu sendiri.
c) Store Patronage (Pemilihan tempat untuk mendapatkan
produk)
Perilaku pembelian
berdasarkan pilihan konsumen, berdasarkan tempat atau di mana konsumen akan
melaksanakan pembelian produk atau jasa tersebut. Misalnya, apakah lokasi bakery
menjadi salah satu faktor yang menentukan konsumen dalam melakukan proses
pembelian.
d) Brand and Style Decision (Keputusan atas merek dan gaya)
Pilihan konsumen
untuk memutuskan secara terperinci mengenai produk apa yang sebenarnya ingin
dibeli.
C.
FAMILY
LIFE CYCLE (FLC)
Konsep family life cycle merupakan alat untuk
menggambarkan serangkaian tahap perkembangan kebanyakan keluarga.
Untuk menggambarkan realitas berbagai macam tatanan
keluarga dan gaya hidup sekarang maka konsep family life cycle dapat dibagi dua
:
a) Skema Family Life Cycle Tradisional
Tahap 1: masa lajang, orang muda lajang hidup terpisah
dari orang tua.
Tahap 2: pasangan yang berbulan madu.
Tahap 3: orang tua, mempunyai satu anak dan tinggal
serumah.
Tahap 4: pasca orang tua, suami istri yang sudah tua,
anak-anak tidak tinggal serumah.
Tahap 5: disolusi, seorang suami atau istri yang masih
hidup.
b) Tahap-tahap Family Life Cycle Alternatif
i.
Rumah
tangga keluarga terdiri dari, pasangan yang tidak punya anak, pasangan yang
terlambat menikah, orang tua tunggal dan keluarga diperluas.
ii.
Rumah
tangga bukan keluarga yaitu pasangan tidak menikah, pasangan bercerai tanpa
anak, orang lajang, dan janda atau duda yang sudah tua.
D.
PERUBAHAN
STRUKTUR KELUARGA DAN RUMAH TANGGA
Memahami perubahan struktur keluarga dan pengaruhnya
terhadap pengambilan keputusan sebagai konsumen. Keputusan membeli dalam
keluarga di pengaruhi oleh keadaan sudah menikah atau belum, ukuran jumlah
anggota keluarga, hal tersebut mempengaruhi jumlah belanjaan yang akan dibeli
maupun budget yang akan di siapkan untuk mengambil keputusan dalam hal membeli
suatu barang. Banyak dari mereka benar-benar menghitung jumlah pengeluaran
mereka sesuai dengan keadaan yang mereka hadapi dalam keluarga mereka sehari-hari,
mana yang sekiranya menjadi keputusan yang utama mana yang belum menjadi
prioritas saat itu.
E.
METODE RISET UNTUK MENGETAHUI
PENGAMBILAN KEPUTUSAN OLEH KELUARGA
Pemberian kuesioner kepada seluruh keluarga membutuhkan
akses ke semua anggota pada waktu yang lebih kurang sama, dengan menggunakan
bahasa yang mempunyai makna sama bagi semua anggota keluarga, dan menafsirkan
hasil ketika anggota dari keluarga yang sama melaporkan opini yang bertentangan
mengenai apa yang dibeli oleh keluarga atau pengaruh relative dalam keputusan
tersebut.
BAB
XIV
PENGARUH SITUASI
A.
TIPE-TIPE
SITUASI KONSUMEN
a. Situasi Komunikasi
Situasi Komunikasi
adalah suasana atau lingkungan dimana konsumen memperoleh informasi atau
melakukan komunikasi. Konsumen mungkin memperoleh informasi melalui :
1) Komunikasi Lisan dengan teman, kerabat, tenaga penjual,
atau wiraniaga
2) Komunikasi non pribadi, seperti iklan TV, radio,
internet, koran, majalah,
poster, billboard, brosur, leaflet dsb
poster, billboard, brosur, leaflet dsb
3) Informasi diperoleh langsung dari toko melalui promos
penjualan, pengumuman di rak dan di depan took.
b. Situasi Pembelian
Situasi Pembelian
adalah lingkungan atau suasana yang dialami/dihadapi konsumen ketika membeli
produk dan jasa. Situasi pembelian akan mempengaruhi pembelian Misal: Ketika
Konsumen berada di bandara, ia mungkin akan bersedia membayar sekaleng Coke
berapa saja harganya ketika haus. Sebaliknya, jika ia berbelanja Coke di
swalayan dan mendapatkan harganya relatif lebih mahal, ia mungkin sangat
sensitif terhadap harga. Konsumen tsb mungkin akan menunda pembelian Coke dan
mencari di tempat lain.
c. Situasi Pemakaian
Situasi Pemakaian
disebut juga situasi penggunaan produk dan jasa merupakan situasi atau suasana
ketika konsumsi terjadi. Konsumen seringkali memilih suatu produk karena
pertimbangan dari situasi konsumsi. Misal: Konsumen Muslim sering memakai
kopiah dan pakaian takwa pada saat sholat atau pada acara keagamaan. Kebaya
akan dipakai kaum wanita pada acara pernikahan atau acara resmi lainya, dan
jarang digunakan untuk pergi bekerja Para Produsen sering menggunakan konsep
situasi pemakaian dalam memasarkan produknya, produk sering diposisikan sebagai
produk untuk digunakan pada situasi pemakaian tertentu. Misalnya, ada pakaian
resmi untuk ke pesta, pakaian olahraga, pakaian untuk kerja, pakaian untuk
santai dan berolahraga
B.
INTERAKSI
INDIVIDU DENGAN SITUASI
Situasi pembelian mempunyai pengaruh yang nyata terhadap
keputusan pembelian konsumen dengan gaya hidup believer. Hal ini menunjukkan
bahwa situasi pembelian mampu menghadirkan keinginan konsumen untuk membeli
karena situasi ini bisa
menjadi stimulus terhadap keputusan konsumen untuk membeli.
Gaya hidup pembelian juga mempunyai pengaruh yang nyata terhadap
keputusan pembelian konsumen atas sesuatu. Konsumen dengan gaya
hidup believer ternyata juga mengikuti mode-mode pakaian khususnya misalnya celana jeans sehingga gaya hidup mereka berpengaruh terhadap keputusan pembelian
yang dilakukan. Situasi pembelian dan gaya hidup terhadap mode bagi
konsumen dengan gaya hidup believer ternyata cukup tinggi mampu
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dengan pengaruhnya sebesar
68%.
menjadi stimulus terhadap keputusan konsumen untuk membeli.
Gaya hidup pembelian juga mempunyai pengaruh yang nyata terhadap
keputusan pembelian konsumen atas sesuatu. Konsumen dengan gaya
hidup believer ternyata juga mengikuti mode-mode pakaian khususnya misalnya celana jeans sehingga gaya hidup mereka berpengaruh terhadap keputusan pembelian
yang dilakukan. Situasi pembelian dan gaya hidup terhadap mode bagi
konsumen dengan gaya hidup believer ternyata cukup tinggi mampu
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dengan pengaruhnya sebesar
68%.
C.
PENGARUH
SITUASI TIDAK TERDUGA
Situasi tidak
terduga dapat menjadi pemicu seseorang untuk membeli suatu barang. Misalnya
mahasiswi yang akan mengikuti ujian dan lupa membawa bolpoin dan pensil, maka
secara otomatis dia akan membeli dulu bolpoin dan pensil sebelum mengikuti
ujian tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar